Ketika Israel “Sendirian”


Penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza atas perjanjian gencatan senjata sementara adalah menandakan Israel sudah kalah dalam peperangannya. Israel kini sendirian dari perbuatan keji atas pembantaian rakyat Palestina. Semua kini mengutukinya, bahkan tidak tanggung-tanggung Eropa pun memboikot produk-produk Israel yang akan dikirim.

Israel kini sendirian! Ketika “bapak” tirinya sudah tidak dapat berbuat banyak atas sikap Israel yang benar-benar nakal. Amerika hanya bisa menyatakan abstain atas votting ketika berada disidang PBB. “Bapak” Israel itu juga ingin mencari aman bagi negaranya sendiri. Hal ini benar-benar mengguncangkan Israel. Disatu sisi Israel tidak ingin malu dengan tergesa-gesa menarik pasukannya karena kekalahan yang dideritanya. Tetapi Israel juga tidak ingin berlama-lama menggempur Gaza dengan perlawanan darat yang selalu dipatahkan oleh Hamas.

Serba salah Israel dalam mengambil keputusan tersebut jelas menandakan Israel sudah tidak mampu lagi untuk melanjutkan ekspansinya ke Gaza. Berbagai desakan Internasional bahkan media-media yang terus memojokkannya, menjadi senjata yang ampuh untuk menciutkan nyali Israel. Perang cyber media pun berperan aktif, pencekalan youtube atas kiriman video-video pembantaian di Gaza membuat pemerintah Israel membuat server hosting internet sendiri untuk menampilkan video-video pembantaian tersebut. Dan yang terbaru, Israel kini membuka lowongan untuk para blogger dalam bekerjasama membantu Israel menandingi blog-blog anti-Israel yang sudah sangat banyak. Dan tak kurang 10.000 situs milik Israel pun terinveksi Trojan-trojan kiriman para hacker.

Kini Israel benar-benar sendirian, walau kesendirian itu mungkin sesaat. Tetapi itu telah membuat bangsa “kera” tersebut tidak bernyali. Kesepakatan sepihak genjatan senjata dengan alasan telah terpenuhinya target Israel, merupakan ungkapan bodoh yang diungkapkan oleh pemerintah Israel. Karena jelas-jelas tujuan Israel menghabisi Hamas sampai ke akar-akarnya, namun sampai saat ini. Hamas masih mampu mengirimkan roket-roketnya di wilayah Israel. Disinyalir, alasan kesepakatan gencatan senjata dengan pernyataan perjanjian perundingan dengan Hamas di Kairo Mesir adalah alasan yang dibuat-buat atas kegagalan pasukan Israel menguasai Gaza sepenuhnya.

Bagaimanapun juga, Israel sampai dengan saat ini telah mengakui sebuah kenyataan. Bahwa Hamas adalah organisasi perlawanan yang tidak mudah ditaklukannya. Hamas mampu bertahan dan bahkan membalas berbagai serangan-serangan yang dilancarkan oleh Israel. Ini adalah realitas yang tidak teralakkan! Ketika dunia Arab tidak mampu berbuat apa-apa atas agresi Israel di Gaza. Tetapi Hamas, mampu mempertahankan apa yang harus dipertahankannya. Bahkan ketika Arab Saudi dan Mesir memojokkan Hamas, ada sebuah hal yang sangat jelas yang patut kita renungi. Ternyata Arab Saudi dan Mesir masih menjadi “bebek” yang selalu mudah digiring untuk bisa dimanfaatkan oleh penggembalanya, Amerika.

Kita semua bisa melihat bagaimana seluruh dunia mengutuki serangan yang dilakukan Israel. Berbagai negara yang notabenenya bukan berpenduduk muslim malah berani mengambil tindakan yang tegas terhadap Israel. Dan yang sangat disayangkan, mereka (Arab Saudi, Mesir) sangat terlihat jelas keberpihakannya terhadap keputusan Amerika. Ini membuktikan negara seperti Arab Saudi dan Mesir tidak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah Amerika. Karena mereka masih membutuhkan perlindungan dari sang tuan, Amerika.

Berbagai negara mengecap aksi Israel, dan para “bebek-bebek” Amerika hanya mampu berbuat abstain atas kekejian tindakan Israel. Semua kini terlihat dengan jelas dan memberikan pengetahuan yang luar biasa. Di Palestina bukan lagi masalah Hamas dan Israel. Tetapi antara pembantaian dan pemusnahan etnis! Dan itu adalah masalah kemanusiaan. Bukan hanya sebatas masalah sebuah organisasi dengan organisasi yang lain. Arab Saudi dan Mesir memang sangat anti sekali terhadap Ikhwanul Muslimin, dan mereka membalas ketidak-sukaannya dengan cara keji. Karena mereka lebih senang ketika Hamas tidak lagi eksis di Palestina. Mereka lebih senang ketika kader Ikhwanul Muslimin tidak lagi berada pada pembelaan haq seorang muslim atas tanah yang dirampas. Pemahaman yang sangat sempit dan egois. Padahal sebagian besar rakyatnya sangat tidak mendukung tingkah laku pemerintahannya (Arab Saudi dan Mesir). Dan yang memilukan, bahwa banyak sekali para pengungsi Gaza yang terluka dan dilarikan dirumah sakit Mesir, tetapi setelah sedikit membaik para pasien yang terluka tersebut di interogasi oleh intel-intel Mesir dengan berbagai pertanyaan seperti, dimana Hamas menyembunyikan senjata mereka, dan berapa pos-pos Hamas yang selalu ditempati. Tak jarang orang yang tidak tahu atau tidak mau memberitahukan pertanyaan-pertanyaan Intel Mesir tersebut, langsung dianiaya ditempat luka yang telah ada.

Kita semua mengetahui bahwa dari berbagai sisi Hamas terimpidasi. Jika mereka hanya sebatas organisasi nasional. Maka sangat dimungkinkan mereka semua akan dengan cepat menyerah. Tetapi tidak bagi Hamas, karena Hamas mempunyai tekad dan keinginan yang kuat. Hal itu terimplikasi dari para kader-kadernya yang mampu untuk selalu setia terhadap pergerakannya. Dan kita tidak bisa memungkiri bahwa lebih dari 60% Hamas telah memenangkan pemilu di Palestina. Jadi secara otomatis otoritas tertinggi negara Palestina sudah seharusnya dipegang oleh Hamas dari pada Fatah yang sudah sangat jelas terbukti korup. Jika Hamas tidak dapat menguasai Palestina atas kemenangannya, terbukti bahwa Demokrasi adalah hanya sebatas penipuan yang digaung-gaungkan barat atas muslim.

Sangat tidak menutup kemungkinan bahwa Israel akan menyerang Gaza kembali. Gencatan ini hanya sesaat, karena Israel sangat takut terhadap Hamas maka Israel tidak akan pernah tenang ketika Hamas masih mendapatkan simpati dari masyarakat Palestina. Dengan datangnya tokoh Hamas Dr. Sami Abu Huzair ke Indonesia. Telah memberikan kita gambaran yang jelas bagaimana rakyat Palestina dan Israel. Dan bagaimana Israel terus melanggar setiap resolusi yang dibuatnya sendiri. Yang terpenting, bahwa pengiriman Mujahid-Mujahid ke Palestina bukanlah hal yang dibutuhkan Hamas. Mengingat Brigade Izzuddin Al-Qassam merupakan sebuah sayap militer Hamas yang sangat terorganisis. Maka ketika terjadi pengiriman-pengiriman relawan perang (Mujahid) malah akan merepotkan pihak militer Hamas. Karena tidak menutup kemungkinan, para intelejen bisa masuk kedalam Brigade Izzuddin Al-Qassam secara mudah.

Israel kini sendirian, dan serangan yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil yang maksimal. Dan nyali-nyali tentara Israel terus menciut, dengan seiring serangan-serangan yang terus terpatahkan oleh Hamas. Yah memang sudah sewajarnya, watak bangsa “kera” tersebut memang seperti itu!

Tinggalkan komentar